By 16 December 2018

Dibalik Nama Tirta Husada, Air Panas yang Diyakini Bisa untuk Pengobatan

Kolam air Tirta Husada yang diyakini bisa untuk terapi pengobatan

BREBESNEWS.co – Nama sebuah tempat memang tak terlepas dari sebuah sejarah yang melekat padanya, seperti pemandian air panas (PAP) Cipanas Tirta Husada yang berarti air panas untuk pengobatan.

Cipanas yang terletak di dukuh Cikebul Desa Kedungoleng  Kecamatan Paguyangan Brebes ini, ternyata diyakini masyarakat sebagai terapi pengobatan untuk segala macam penyakit.

Kolam air panas Cipanas ini juga mempunyai sejarah yang cukup menarik untuk diketahui.

Konon Cipanas ini dulunya sebagai titik temu para ulama, dalam penyebaran agama islam di wilayah sekitar.

Cipanas Tirta Husada ini kali pertama ditemukan sekira tahun 1837 M oleh seorang pemilik dan pengembala kerbau asal tanah pasundan bernama Reksa Widjaya yang kehilangan kerbaunya selama 2 bulanan.

Kala itu Reksa Widjaya berkelana mencari kerbaunya hingga memasuki sebuah hutan belantara di wilayah tersebut dan menemukan puluhan kerbaunya masih hidup.

Kerbau kerbaunya itu tengah asik dalam sebuah kubangan air dan setelah disentuh ternyata air itu berasa panas, maka sejak saat itu tercetus nama Cipanas yang artinya air panas.

Akhirnya Reksa Widjaya menetap dan berkeluarga di daerah itu.

Siti Sujiah juru kunci kolam air Cipanas Tirta Husada Paguyangan

Pada suatu saat dirinya bermimpi, diberitahu bahwa air panas yang ditemukannya itu untuk pengobatan semua macam penyakit terutama penyakit kulit dan sejak saat itu masyarakat sekitar banyak yang datang untuk malakukan terapi akan penyakitnya.

“Hingga saat ini bukan hanya masyarakat sekitar saja yang datang, tetapi banyak masyarakat dari luar daerah yang juga datang untuk terapi ditempat itu,” kata sutarto salah seorang warga yang juga karyawan cipanas.

Menurutnya, Cipanas tirta Husada inipun memiliki juru kunci yang berasal dari keturunan mbah Reksa Widjaya dan saat ini juru kuncinya adalah ibu Siti Sujiah keturunan yang ke empat dari mbah Reksa Widjaya.

“Sebelum melakukan terapi biasanya para pasien atau masyarakat singgah dulu ke juru kunci untuk didampingi, namun jika hanya sekedar mandi saja mereka langsung datang tanpa ketemu juru kunci,” ungkat sutarto.

Siti Sujiah sang juru kunci cipanas menyatakan, sejak dulu hingga kini rata rata yang melakukan terapi ditempat itu lebih banyak didominasi penyakit kulit, namun ada juga penyakit lainnya seperti penyakit dalam dan juga strooke.

Mereka yang terapi bukan saja masyarakat Brebes selatan, tetapi kadang dari luar daerahpun ada yang pernah kesini untuk terapi.

“Jujur saja Saya tidak bisa menyembuhkan penyakit penyakit itu hanya perantara saja dan yang menyembuhkan adalah Alloh sang pencipta. Sayapun tidak mematok tarif jasa pendampingan, terserah mereka yang terapi berapapun Saya terima,” tutur ibu Sujiah sang juru kunci Cipanas saat ditemui dikediamannya.

Sementara koordinator PAP Tirta Husada, Nanang Qosim menjelaskan, awal mulanya penanganan dan pengelolaan PAP Cipanas Tirta Husada dilakukan oleh anak ketutunan mbah Reksa Widjaya sampai oleh tingkat Desa.

“Mengingat para kepala desanya juga kerabat dari mbah Reksa Widjaya,” ujar Nanang.

Baru setelah mendapatkan kunjungan kerja Bupati Brebes pada tahun 1976, maka mulai tahun 1984 Cipanas Tirta Husada diambil alih oleh pemkab Brebes.

“Dengan diambil alihnya pengelolaan Cipanas itu maka secara otomomatis menjadi aset income daerah dan kemudian diberi nama Pemandian air panas (PAP) Tirta Husada hingga sekarang,” pungkas Nanang. (DHANI)

Posted in: Serba Serbi