Kekeringan, Warga Pamulihan Gali Sungai untuk Dapatkan Air
BREBESNEWS.co – Warga Desa Pamulihan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes sudah mengalami kesulitan air bersih sejak dua bulan lalu.
Warga terpaksa mengambil air dengan membuat sumur di dasar sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan pantauan, puluhan warga silih berganti mengambil air dari sumur kecil yang dibuat di dasar Sungai Rambatan yang terletak di pinggir desa.
Hal itu dilakukan karena sumur di rumah warga sudah mengering.
Seorang warga Dukuh Minngkrik, Desa Pamulihan, Larangan, Brebes, Sukirman mengatakan, sumur di rumahnya sudah tidak mengeluarkan air. Kondisi tersebut dialami seluruh warga di desanya.
“Kira-kira sudah dua bulan tidak ada air. Makanya terpaksa ambil air dari dasar sungai. Caranya ya dengan membuat sumur kecil agar airnya bisa diambil,” kata Sukirman, Kamis (1/8/2019).
Air dari sumur dasar sungai, bercampur dengan kerikil dan lumpur sehingga agak keruh.
Meski demikian, warga tetap mengambil air tersebut dan membawanya pulang menggunakan jerigen.
Sukirman mengungkapkan, air yang diperoleh digunakan untuk berbagai keperluan di rumah, antaranya untuk air minum, memasak, mandi, mencuci dan lainnya.
“Untuk macam-macam, untuk minum, mandi, memasak juga. Lha sumur di rumah sudah tidak ada airnya jadi ya semuanya pakai air dari sini (sumur buatan dasar sungai-red),” tuturnya.
Setiap harinya, Sukirman dan warga lain mengambil air dari sumur buatan tersebut. Dalam satu hari, dirinya mampu membawa pulang sekitar 10 jerigen.
Air tersebut kemudian ditampung di rumah menggunakan penampungan. Selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk dikonsumsi.
“Tidak apa-apa agak keruh, kan nanti di rumah diendapkan dulu sebelum dimasak. Nyatanya sampai sekarang saya juga tidak sakit meski terus mengkonsumsi air dari sini,” tandasnya.
Warga lainnya, Suwarto mengatakan, dirinya juga terpaksa mengambil air dari sumur buatan di dasar Sungai Rambatan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Alasannya sumur di rumahnya juga sudah mengering.
“Ya untuk air minum juga. Tapi lebih banyak untuk mencuci dan mandi,” katanya.
Sesekali, dirinya membeli air galon untuk keperluan air minum. Itu dilakukan karena ia menyadari jika kualitas air dari dasar sungai sangat jelek. Akan tetapi, jika dirinya tidak memiliki uang, ia pun terpaksa mengkonsumsi air yang diperoleh dari sungai.
“Tidak selalu beli air. Kadang punya uang, jadi bisa beli. Kadang tidak punya, ya minumnya dari air sini,” terangnya.
Saat ditanya mengenai bantuan air bersih, dirinya dan warga lain mengaku belum pernah ada bantuan sekalipun. Padahal, kekeringan yang dirasakan warga sudah cukup lama yaitu lebih dari dua bulan.
Jika pun ada bantuan air bersih, hanya sampai wilayah yang dekat jalan raya saja. Itu pun warga harus berebut dnegan warga lain. Sementara warga yang tinggal jauh dari jalan raya, belum pernah mendapatkan air bersih.
“Harapannya ada bantuan jadi kami tidak selalu mengkonsumsi air keruh terus menerus,” harapnya.
Camat Larangan, Imam Tauhid mengatakan, pihaknya sudah melakukan pendataan desa-desa di Kecamatan Larangan yang sudah mengalami krisis air bersih. Dari jumlah 21 desa yang ada di Kecamatan Larangan, ada 4 desa yang sudah mengalami krisis air besih.
“Ada empat desa yang sudah kekurangan air bersih karena kekeringan. Desa-desa itu di antaranya Desa Welahar, Kamal, Pamulihan, dan Karangbale,” katanya.
Ia menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga membeli air dari pengisian ulang air minum. Untuk meringankan beban warga, pihaknya juga mengajukan permohonan bantuan air bersih kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes.
“Untuk bantuan air bersih dilakukan secara bergantian. Sehingga nanti bantuan bisa merata,” ucapnya.
BPBD Brebes sendiri sudah mendistribusikan bantuan air bersih ke beberapa desa di Brebes yang mengalami krisis air bersih.
Termasuk di antaranya distribusi ke Desa Karangbale, Kecamatan Larangan, Senin (29/7/2019) kemarin.
Jumlah desa yang mengalami kekeringan diperkirakan masih bertambah. Dari pemetaan yang dilakukan BPBD, terdapat 41 desa yang tersebar di 12 kecamatan di Kabupaten Brebes yang rawan mengalami kekeringan.
“Dari data kami, kemarau ini yang rawan kekurangan air bersih karena kekeringan ada 41 desa di 12 kecamatan. Itu yang berdasarkan pengalaman tahun tahun sebelumnya,” katanya, beberapa waktu lalu.
Ia menyebutkan, 12 kecamatan dari total 17 kecamatan di Brebes yang rawan kekurangan air bersih karena kekeringan yaitu Tanjung, Bulakamba, Brebes, Kersana, Bantarkawung, Bumiayu, Sirampog, Tonjong, Losari, Larangan, Ketanggungan dan Banjarharjo.
Menurutnya, kemarau tahun ini akan berlangsung mulai Juni-Oktober. Kemarau berlangsung lebih cepat dibanding tahun lalu yang terjadi Agustus-Nopember.
“Untuk permintaan dropping air bersih, warga melalui desa cukup mengirim surat permohonan bantuan distribusi air bersih ke BPBD saja. Nanti kami langsung kirim,” jelasnya. (AFiF.A)







