By 10 October 2022

Pengagum Bung Karno di Paguyangan Gelar Seni Budaya Ebeg.

Para pemain kesenian Ebeg saat mulai dengan pentasnya

BREBES NEWS.co ~Pengagum Bung Karno di kecamatan Paguyangan kabupaten Brebes Jateng, Senin (10/10/2022) malam menggelar Seni budaya tradisional EBEG Wahyu Sejati Muda pimpinan Ki Harjo Mino yang bertempat di halaman Ricemil dukuh Cujoho Desa Pakujati.

Pergelaran seni budaya EBEG diselenggarakan atas suport Paguyangan bangkit PAC PDI Perjuangan kecamatan Paguyangan dan teman pecinta Ebeg.

Ratusan warga umumnya Brebes wilayah Selatan dan khususnya warga Desa Pakujati menghadiri dengan antusias sejak pagelaran itu dimulai pada pukul 20.00 WIB atau jam 8 malam.

Menurut ketua panitia pengagum Bung Karno Andika Tri Agni mengatakan kesenian Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah yang berasal dari Kabupaten Banyumasa.

Ebeg menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg menggambarkan perjuangan, dan seni budaya kearifan lokal ini banyak di sukai masyarakat

“Tarian Ebeg menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain,” terangnya.

Diungkapkan Andika masyarakat pengagum Bung Karno kecamatan Paguyangan.Support dengan tema,

“Paguyangan bangkit menuju bulan kebangkitan nasional, Kita bangkit berkepribadian dalam kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa, melalui idee-idee atau ajaran bung Karno yaitu Trisakti yang sila ketiganya adalah berkepribadian dalam kebudayaan sebagai bentuk revolusi suatu bangsa ” ungkapnya

Para penonton yang antusias menikmati jalannya pentas kesenian Ebeg

Seni Ebeg atau hampir sama dengan kesenian Kuda lumping perkirakan kesenian ini sudah ada sejak abad 9, tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme.

“Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adanya bentuk-bentuk in trance (kesurupan) atau wuru. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme.” Ucapnya.

Pantauan BREBES NEWS.co terlihat penonton antusias menyaksikan pagelaran Ebeg walaupun gerimis rintik rintik tidak goyah untuk pulang.

Penonton mendengarkan lagu-lagunya yang banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendir.

Nyanyian dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya Banyumasan.

Beberapa contoh lagu-lagu dalam Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga dan lain-lain.

( Alex ).

Posted in: Serba Serbi