By 28 October 2014

Kemarau, Produksi Gula Merah di Tonjong Anjlok 50 Prosen

Muhlisoh saat mencetak gula merah atau gula jawa

Muhlisoh saat mencetak gula merah atau gula jawa

BREBESNEWS.CO – Kemarau yang melanda wilayah Brebes Selatan juga berdampak dengan berkurangnya tetesan nira dari pohon kelapa yang menjadi tumpuan para perajin gula merah.

Dengan berkurangnya tetesan nira ini, jelas berpengaruh terhadap turunnya produksi gula merah. Hal inilah yang dirasakan warga Dukuh Mingkrik Desa Tonjong Kecamatan Tonjong yang merupakan daerah sentra penghasil gula merah atau yang akrab dikenal dengan gula jawa.

“Pada musim kemarau seperti sekarang ini perolehan nira dari pohon kelapa mengalami penurunan, hal ini tentunya sangat berdampak dengan menurunnya produksi gula jawa yang kami olah,” ujar Tobi’in (40) warga dukuh Mingkrik RT 01/10 Desa Tonjong kecamatan Tonjong, Selasa (28/10/14).

Muhlisoh istri tobi’in menambahkan, banyak dan sedikitnya nira yang diperoleh suaminya itu, sangat berdampak dengan hasil gula yang nanti didapat.

Jika biasanya mereka mampu memproduksi gula sekitar 10 kilogram per harinya, namun pada musim kemarau seperti ini, mereka hanya mampu memproduksi 8 kilogram gula merah (gula jawa) saja. Setelah menjadi gula merah/gula jawa, Muhlisoh menjual gulanya ke warung-warung terdekat dengan harga Rp 8.500,-/kilogram.

“Untungnya harga gula saat ini tidak mengalami penurunan, sehingga kami masih bisa lega karena uang yang kami dapat mampu mencukupi kebutuhan keluarga,” ujar Muhlisoh.

Tiap hari, dengan bermodalkan parang, pongkor (tempat menampung nira) dan ember, setiap hari Tobi’in selalu memanjat pohon kelapa di kebun yang ia garap, guna melakukan rutinitas menderes/menyadap nira yang dihasilkan dari kupasan manggar (kembang dari pohon kelapa).

Keesokan harinya Tobiin kembali memanjat pohon kelapa guna mengambil air nila yang sudah mengisi pongkor dan ember pada ujung manggar yang dipasang pada hari sebelumnya. Jika pada kondisi normal untuk 25 pohon yang ia pasang, mampu menghasilkan 100 liter nira, namun saat kemarau sekarang ini ia hanya mendapatkan separuhnya saja sekitar 50 liter.(*)

Faqih Wirdani, Bumiayu
Editor : AFiF.A