Peran Mahasiswa Sebagai Agent of Change di Era 5.0
Oleh : Iwan Muzaki
( Mahasiswa Universitas Peradaban Bumiayu Prodi PGSD Semester 1 )
Kedudukan Mahasiswa saat ini sering kali mendapatkan julukan sebagai agent of change (agen perubahan).
Agen perubahan yang timbul dalam diri Mahasiswa tentunya harus memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, mahasiswa yang hidup diera modern ini diharapkan melalukan aksi nyata sebagai problem solver dalam mempertahankan budaya bangsa yang telah menjadi warisan dari nenek moyang kita.
Menurut soerjono soekanto menyatakan pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang memperoleh kepercayaan sebagai pemimpin lembaga-lembaga kemasyarakatan. (Soekanto,1992:273)
Banyak yang bertanya-tanya kenapa harus Mahasiswa? Kenapa bukan orang lain saja? Karena saat ini mahasiswa menjadi pionir yang dikenal sebagai orang yang memiliki cara berfikir yang berani dan kritis untuk perubahan yang lebih baik.
Peranan mahasiswa sebagai agent of change bukan berarti kita hanya menjadi penemu perubahan, melainkan kita juga harus menjadi pelaku utama dalam perubahan tersebut yang didasari pada sebuah aksi nyata.
Rumusan havelock (1973), agent of change yaitu orang yang membantu terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana (Nasution, 1990: 37) Menurut Griffin dan Pareek (Wibowo, 2006;118) menyatakan bahwa ‘agent of change’ adalah orang yang tugasnya membantu masyarakat atau kelompok merencanakan pembentukan atau membentuk kembali sasaran, fokus pada masalah, merencanakan tindakan yang dimaksud untuk memperbaiki situasi, mengevaluasi hasil dari usaha yang terencana.
Agent Of Change pada mahasiswa tidak diragukan lagi,sebab di negara manapun di dunia ini termasuk Indonesia, mahasiswa tampil sebagai pelopor dalam suatu negara oleh karena itu mahasiswa harus memiliki sikap dan perilaku yang positif.
Sebagai agent perubahan sudah seharusnya mahasiswa siap dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman yang tidak menentu hinnga menimbulkan problematika di lingkungan masyarakat, oleh karena itu mahasiswa seharusnya sudah memiliki pemikiran yang solutif hinnga mampu memberikan perubahan yang baik untuk lingkungan masyarakat terutama dalam bidang teknologi untuk kesejahteraan manusia.
Tentunya di era teknologi ini kita dapat melihat dengan jelas perubahan society 5.0 yang terjadi pada lingkungan sekitar.
Misalnya ketika kita melihat para remaja yang mulai mengabaikan pergeseran nilai dan budaya. Dikarenakan pada saat ini kaum milienal hidup di jaman serba canggih, jarang menggunakan secara manual dan hanya menginginkan kehidupan instan tanpa ingin tahu bagaimana prosesnya.
Berawal dari hilangnya adab terhadap orang tua, pergaulan yang semakin bebas, sopan santun, hidup bermewah-mewahan, dan hilangnya moral dalam diri.
Kegiatan masa prabakti mahasiswa universitas peradaban salah satu dosen pemateri bapak Dr. Winarto, S.Pd., M.Pd. menyampaikan kepada mahasiswa cara agar meningkatkan Higher order thingking skills (HOTS) atau keterampilan berfikir tinggi untuk menghadapi perubahan diera sociaty 5.0 yaitu, anda harus berfikir kreatif agar dapat menghasilkan ide baru, serta kritis dengan cara peka terhadap lingkungan dan informasi serta melatih berfikir kritis dengan cara berkolaborasi saling menghormati dan menghargai kesepakatan, dan berlatih terampil komunikasi dengan menjadi pendengar dan pengamat yang baik.
Menangapi perkembangan yang sudah pasti memiliki dampak positif dan negatif pada perubahan di era 5.0 ini membentuk organisasi dengan melibatkan kaum milenial tentunya akan menumbuhkan rasa tanggungjawab,
kerjasama dan rasa peka terhadap masalah yang luas tentunya hal ini menjadi modal bagi kaum milenial untuk menghadapi era digital ini maka dampaknya akan cenderung menjadi kaum milenial yang kooperatif karean mereka dilatih untuk terus bersama hingga tujuan dalam organisasi tercapai.
Diharapkan dalam kegiatan ini dapat mengurangi dari kebodohan kaum milenial dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar.
(*)