Integrasi Teknologi 5.0 Dalam Pembelajaran Sosial
M.Aldi Nurfahmi
(Mahasiswa UIN Jakarta Smester 1 Jurusan Pendidikan IPS )
BREBESNEWS.co – Di Indonesia, beberapa sekolah di daerah terpencil telah mulai menggunakan drone untuk mengirimkan bahan ajar dan melakukan survei lingkungan.
Misalnya, drone digunakan untuk memetakan wilayah dan mengamati ekosistem, yang memberikan siswa pengalaman belajar praktis dalam mata pelajaran geografi dan ilmu lingkungan. Ini tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis siswa tetapi juga menumbuhkan kesadaran sosial dan lingkungan mereka.
Ada juga beberapa universitas, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), menggunakan analitik data berbasis AI untuk memantau kemajuan akademik dan keterlibatan sosial mahasiswa, seperti partisipasi dalam proyek lintas fakultas, dan program edukasi berbasis VR/AR digunakan di beberapa sekolah untuk mengenalkan budaya Indonesia.
Misalnya, siswa dapat “mengunjungi” Candi Borobudur atau mengikuti prosesi adat suku melalui teknologi ini, Program di daerah rawan bencana (seperti Yogyakarta atau Palu) menggunakan VR untuk melatih siswa dalam simulasi penyelamatan dan kolaborasi sosial saat bencana alam.
Integrasi teknologi 5.0 dalam pembelajaran adalah proses penggabungan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), blockchain, dan teknologi imersif seperti Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR) ke dalam sistem pendidikan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, interaktif, dan human-centered.
Teknologi 5.0 tidak hanya berfokus pada otomatisasi atau efisiensi, tetapi juga menempatkan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pusatnya, memastikan bahwa penggunaan teknologi mendukung pengembangan keterampilan sosial, kolaborasi, dan empati.
Dalam konteks pembelajaran, integrasi ini memungkinkan siswa dan pendidik untuk memanfaatkan perangkat dan platform digital yang dirancang untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan. Contohnya adalah penggunaan AI untuk memberikan pembelajaran yang dipersonalisasi, IoT untuk menciptakan ruang kelas pintar, serta VR dan AR untuk simulasi interaktif yang memungkinkan siswa mempelajari isu-isu sosial secara mendalam.
Pada intinya, integrasi teknologi 5.0 bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang adaptif, inklusif, dan seimbang antara inovasi teknologi dan kebutuhan manusia.
Penggunaan teknologi 5.0 dalam pembelajaran sosial adalah langkah revolusioner yang mengintegrasikan teknologi canggih dengan pendekatan human-centered untuk meningkatkan interaksi, kolaborasi, dan hasil belajar di masyarakat.
Beberapa Negara juga sudah menerapkan pembelajaran menggunakan Teknologi 5.0 contohnya adalah Jepang, telah memimpin dalam konsep Society 5.0, yang mengintegrasikan teknologi canggih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program pembelajaran jarak jauh dengan AI membantu siswa di daerah terpencil mendapatkan akses pendidikan berkualitas. Robot seperti Pepper digunakan di kelas untuk mengajarkan keterampilan sosial dan empati, terutama kepada anak-anak autis. VR digunakan untuk mengajarkan budaya lokal dan meningkatkan pemahaman lintas budaya di sekolah-sekolah.
Penerapan teknologi 5.0 dalam pembelajaran sosial merupakan langkah inovatif yang dapat membawa dampak positif yang signifikan, tetapi juga memunculkan tantangan yang harus ditangani dengan bijaksana. Di satu sisi, teknologi ini mampu menjawab kebutuhan akan pembelajaran yang lebih inklusif, personal, dan berbasis kolaborasi. Dengan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), siswa dapat memperoleh materi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sementara platform berbasis cloud memungkinkan kolaborasi lintas batas geografis.
Penggunaan VR dan AR bahkan membuka jalan bagi pengalaman belajar yang mendalam, memberikan siswa kesempatan untuk memahami isu sosial melalui simulasi langsung.
Teknologi blockchain, di sisi lain, dapat memberikan kredensial yang transparan dan aman, memperkuat nilai kepercayaan dalam pencapaian akademik dan sosial siswa.
Namun, di sisi lain, terdapat kekhawatiran yang perlu diperhatikan. Ketimpangan akses teknologi menjadi masalah utama, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, di mana infrastruktur digital belum merata. Ketergantungan pada teknologi juga berpotensi mengurangi interaksi manusia yang autentik, yang merupakan inti dari pembelajaran sosial.
Selain itu, risiko pelanggaran privasi data siswa dan biaya implementasi yang tinggi bisa menjadi penghambat utama dalam adopsi teknologi ini. Tantangan ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi 5.0 menawarkan solusi yang menjanjikan, penerapannya harus dilakukan dengan pendekatan yang bijak dan strategis.
Oleh karena itu teknologi 5.0 harus dilihat sebagai alat pendukung, bukan pengganti, dalam pembelajaran sosial. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk memastikan pemerataan akses, memberikan pelatihan bagi pendidik, dan menjaga keseimbangan antara teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan.
Jika diterapkan dengan benar, teknologi ini dapat menjadi katalisator untuk transformasi pendidikan yang tidak hanya modern tetapi juga relevan dengan kebutuhan sosial masyarakat.
Teknologi 5.0 dalam pembelajaran sosial memiliki kelebihan dan kekurangan yang saling melengkapi. Salah satu kelebihannya adalah kemampuan untuk mempersonalisasi pembelajaran melalui kecerdasan buatan (AI), sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka.
Teknologi ini juga memperluas akses pendidikan, terutama bagi siswa di daerah terpencil, dengan menggunakan pembelajaran jarak jauh berbasis cloud atau perangkat IoT. Selain itu, kolaborasi lintas budaya dan lokasi menjadi lebih mudah melalui platform digital, yang membantu siswa memahami perspektif global dan meningkatkan empati.
Pengalaman belajar juga menjadi lebih interaktif dengan teknologi seperti VR dan AR yang memungkinkan simulasi isu sosial kompleks. Tidak hanya itu, penggunaan blockchain membawa transparansi dan efisiensi dalam pencatatan pencapaian siswa, sementara teknologi ini juga mendorong keterampilan abad 21 seperti komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.
Namun, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya. Salah satu kekurangan utama adalah ketimpangan akses teknologi, di mana tidak semua siswa memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai, terutama di wilayah terpencil.
Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi juga berisiko mengurangi interaksi sosial yang autentik, sementara pengumpulan data untuk AI dan blockchain dapat memunculkan masalah privasi. Selain itu, banyak tenaga pendidik yang belum terlatih untuk menggunakan teknologi ini secara efektif, dan biaya implementasi teknologi canggih seperti VR/AR sering kali terlalu tinggi bagi sekolah dengan anggaran terbatas.
Ada pula risiko bahwa elemen hiburan dalam teknologi seperti gamifikasi dapat mengalihkan fokus siswa dari tujuan pembelajaran utama.
Terakhir, penggunaan teknologi ini harus dijalankan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi pusat, karena simulasi digital sering kali tidak sepenuhnya mencerminkan kompleksitas dunia nyata.
Untuk mengoptimalkan manfaat teknologi 5.0 dalam pembelajaran sosial, langkah-langkah seperti pemerataan akses teknologi, pelatihan bagi guru, perlindungan privasi data, dan pengembangan teknologi berbasis nilai human-centered sangat diperlukan. Dengan strategi yang tepat, teknologi 5.0 dapat menjadi alat yang tidak hanya inovatif tetapi juga inklusif dalam mendukung pembelajaran sosial.
Teknologi 5.0 membawa peluang besar dalam pembelajaran sosial dengan kemampuan untuk mempersonalisasi pengalaman belajar, memperluas akses pendidikan, dan menciptakan kolaborasi lintas budaya yang lebih baik melalui teknologi canggih seperti AI, VR, dan blockchain.
Namun, tantangan seperti ketimpangan akses, keterbatasan pelatihan tenaga pendidik, risiko privasi, dan biaya tinggi menjadi hambatan yang perlu diatasi. Untuk memaksimalkan manfaatnya, teknologi ini harus diterapkan dengan pendekatan yang human-centered, menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan langkah strategis yang tepat, teknologi 5.0 dapat menjadi alat revolusioner untuk menciptakan pembelajaran sosial yang inklusif, efisien, dan relevan
(*)