By 15 November 2015

Pandansari, Daerah Abrasi Itu Kini jadi Ekowisata yang Mulai Diminati

pulau pasir

Pelancong yang baru tiba di Pulau Pasir Pandansari

pedagang pulau pasir

Salah satu pedagang di Pulau Pasir dengan tenda ala kadarnya

BREBESNEWS.CO – Meski belum resmi menjadi destinasi (tujuan wisata ) di kabupaten Brebes, namun animo atau minat masyarakat untuk mengunjungi Ekowisata Pandansaari di Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes mulai tinggi.

Hal itu seperti yang terlihat setelah awak media BREBESNEWS.CO, Minggu (8/11/2015) mencoba mengunjungi Pandansari daerah yang beberapa tahun lalu terkena abrasi, hingga ratusan tambak milik warganya tenggelam tergerus air laut.

Banyaknya minat pengunjung ke Ekowisata Pandansari juga dituturkan pemilik dan pengemudi perahu yang biasa antar jemput membawa para wisatawan ke Pandansari, Tasripin (32). Menurut Tasripin pengunjung Ekowisata di Pandansari mulai ramai di kunjungi para wisatawan yang ingin menikmati pemandangan alami panorama pesisir.

“Sejak lebaran idul fitri lalu hingga kini, tiap hari Minggu ataupun hari libur lainnya para pelancong yang mengunjungi daerah ini bisa 200 hingga 300 orang,” ujar Tasripin.

Namun di hari biasa, kata Tasripin lagi, paling hanya sekitar 30 sampai 40 orang.

“Itupun biasanya para muda-mudi atau anak sekolah yang mau melihat Sunset ( Matahari terbenam) pada sore hari di Pulau Pasir,” ucap Tasripin.

Setidaknya ada 2 objek atau tempat yang potensial dari Ekowisata Pandasari ini, yakni Pulau Pasir dan Hutan Mangrove.

perahu nyampe

Perahu yang mulai merapat ke dermaga Pulau Pasir

Pulau Pasir

penumpang perahu

Wisatawan menuju yang naik perahu menuju menyusuri sungai dan pertambakan warga yang tenggelam

 

Tujuan wisata dari Ekowisata Pandansari adalah Pulau Pasir. Pulau ini merupakan tanah timbul berupa pasir laut dan berjarak sekitar 1,5 Km dari perumahan warga.

Pulau Pasir yang layaknya seperti daratan pantai ini terhampar di tengah-tengah antara tambak warga Pandansari dan Laut Jawa dengan luas hamparan sekitar 10 hektare.

Untuk menuju tempat ini warga yang hendak berwisata bisa diantar  oleh perahu dengan biaya murah sekitar 10 ribu rupiah pulang pergi (pp) per- orang.

Berbeda dengan wisata laut lainnya, di Pandansari ini wisatawan akan mendapat sensasi tersendiri, yakni saat menuju objek ke Pulau Pasir. Para pelancong terlebih dahulu menumpang perahu untuk menuju tempat tersebut. Perjalanan inilah yang oleh para pelancong mempunyai perbedaan tersendiri bila berwisata ke pantai-pantai lainnya.

Dengan deburan ombak yang tidak begitu besar, pelancong akan merasakan pemandangan perjalanan dari Dermaga Perahu menyusuri sungai yang sudah berbaur dengan tambak warga karena abrasi. Pelancong juga akan di suguhi pemandangan tumbuhan bakau (mangrove) di atas bekas bedeng tambak yang sudah menyatu dengan air laut.

Selain itu juga dalam perjalanan yang mebutuhkan waktu kurang lebih 30 menit ini, pelancong bisa menikmati bagaimana kegiatan warga Pandansari yang tengah mencari binatang laut di bekas tambak yang tenggelam untuk kebutuhan sehari-harinya, seperti mencari kerang, udang maupun ikan.

Setelah hampir 30 menit, perjalanan menggunakan perahu nelayan tujuan ke Pulau Pasir Pandansari sudah berakhir.
Disinilah (Pulau Pasir-red) pelancong ataupun wisatawan akan merasa di suguhi pemandangan yang eksotis.

Di sebelah utara wisatawan bisa memandang hamparan luas Laut Jawa dengan birunya air laut dan pemandangan kapal-kapal nelayan yang berjalan menyisir pantai. Sementara disekelilingnya, baik sebelah barat, selatan maupun timur terlihat hamparan tambak dengan banyaknya rimbunan tumbuhan mangrove (bakau).

Untuk anak-anakpun bisa menikmati mandi dengan jernihnya laut Pulau Pasir Pandansari.

perahu oke

Wisatawan yang pulang usai mengunjungi Pulau Pasir

Salah satu pelancong lokal asal Desa Luwungragi Kecamatan Bulakamba Brebes Harso (45) merasa senang bisa berkunjung ke Pulau Pasir.

Menurutnya dirinya sering ke pantai, namun biasanya wisata ke pantai hampir semuanya sama. Namun berwisata ke Pulau Pasir ada sesuatu yang lain, terutama bila menuju Pulau Pasir yang menggunakan perahu.

“Ada sensasi saat mengikuti perahu dan menyusuri tambak yang sudah hilang tergerus air. Dengan perjalanan wisata ini rasanya jiwa jadi tenang,” ujar Harso.

Harso berharap setelah diresmikan Pemerintah Daerah soal penanganan sampah dan tempat pembuangan air kecil bisa disediakan, agar ke-asrian Pulau Pasir bisa terjaga,” tutur Harso.

Harso mengaku melancong ke Ekowisata Pandansari karena informasi dari temannya lewat media sosial.

Hal sama juga dikatakan Heni (40) salah satu warga Pasarbatang Brebes. Dia dan keluarganya mendatangi Ekowisata Pandansari karena omongan beberapa tetangganya yang menyatakan perjalanan dan pemandangannya terlihat indah dan mengasyikan.

Wisata Hutan Mangrove

hadi 2

Tracking Hutan Mangrove yang mulai di buat

Selain Pulau Pasir ada juga tempat tujuan lain yakni hutan mangrove sebagai tujuan wisata dari Ekowista Pandansari.

Kawasan hutan mangrove dengan luas 30 hektare itu sengaja di buat sebagai pencegah adanya abrasi yang meluas. Hutan Mangrove ini juga difungsikan sebagai tempat biota laut seperti kepiting, kerang darah ataupun ikan.

Untuk menunjang wisata ini, warga membuat tracking atau tempat berjalan bagi wisata yang ingin menyusuri dan melihat rimbunnya pohon bakau serta burung bangau yang kerap berada di rimbunan ranting atas pohon mangrove (bakau).

hadi 3

Burung bangau yang berada di ranting atas tumbuhan mangove (bakau)

Selintas Tentang Pandansari

Pandansari adalah pedukuhan di daerah pesisir utara masuk Desa Kaliwlingi Kecamatan Brebes, dengan jarak sekitar 10 km dari Kota Brebes.

Salah seorang warga setempat, Mustamin, menuturkan tambak di Pandansari mengalami abrasi laut yang hebat semenjak tahun 1986.

Abrasi di akibatkan aliran sungai Ponggol (daerah aliran sungai Pemali) yang mengalir ke laut di bendung, hingga dampaknya aliran air ke laut mampat dan luberan air laut mennggenangi tambak warga Pandansari saat rob atau air pasang laut.

Dengan kejadian itulah setidaknya kurang lebih 850 hektare tambak milik warga hilang tergerus air laut.

“Keluarga saya sendiri kehilangan 5 hektare akibat abrasi laut ini,” ujar Mustamin yang juga mantan Lebe di Desa Pandansari.

Baru sejak tahun 2008 salah seorang tokoh muda Mashadi dibantu Rusjan mantan Kepala Desa Kaliwlingi beserta kelompoknya KBL Mangrove Sari dengan telaten mencoba menanam kembali  mangrove untuk mencegah parahnya abrasi. Mangrove juga ditanam sebagai upaya mengembalikan ekosistem biota laut.

Sebagai gerakan awal melawan abrasi, mereka bersama para warga menanami pohon mangrove sebanyak kurang lebih 15 ribu pohon. Namun seiring dengan perjalanan waktu, mangrove mulai berkembang hingga kurang lebih kini berjumlah 1,7 juta pohon.

“Kami ingin masyarakat menghargai sumber daya alam pesisir agar bisa bermanfaat meski harus berjuang dengan susah payah menanam kembali pohon mangrove,” ujar Mashadi yang di tahun 2015 ini mendapat piala Kalpataru untuk kategori pengabdi lingkungan.

Kini Mashadi dengan warga sekitar tengah berbenah, menghidupkan kembali ekosistem biota laut yang menjadikan hutan Mangrove sebagai salah satu media berkembang biaknya.

Masyarakat sekitar juga tengah gencar-gencarnya membenahi daerah yang terkena abrasi ini menjadi daerah tujuan Ekowisata yang asri.

“Saya ingin ke depan daerah pesisir Pandansari Desa Kaliwlingi ini menjadi desa mandiri pangan, jadi tempat ekowisata dan mangrove education,” tandas Mashadi.

Pandansari, daerah yang warganya nyaris putus asa dengan bencana abrasi mulai merasakan upayanya melawan ketidakberdayaan dengan membangun salah satu tempat berupa Ekowisata Mangrove.

2016 Ekowisata Pandansari Diresmikan

menuju dermaga

Suasana pintu masuk Ekowisata Pandansari

Mengetahui minat masyarakat yang mulai tinggi terhadap keberadaan Ekowisata Pandansari Desa Kaliwlingi, Pemerintah kabupaten Brebes akhirnya akan menjadikan tempat ini jadi destinasi wisata yang ada di Brebes.

Ditemui di ruang kerjanya Jumat lalu (13/11/2015) Kasi Usaha dan Pengembangan Wisata Disparbudpora Kabupaten Brebes Kholidin, mengatakan tahun 2016 Pemkab Brebes akan membuka secara resmi destinasi Ekowisata Pandansari.

Untuk membenahi sarana dan prasarana penunjang Pemkab Brebes mengalokasikan anggaran 2,4 milyar rupiah.

Ada 8 titik garapan untuk menunjang Ekowisata ini yang akan dibangun, antaranya penambahan Tracking di seputar pohon mangrove sepanjang kurang lebih 700 meter. Memperbaiki dermaga perahu, membangun 2 Gasebo, mendirikan WC berikut kamar mandi wisata,  gapura loket dan menara wisata seperti mercusuar dengan ketinggian 8 meter.

Menara ini akan di tempatkan di area sekitar tengah-tengah antara Pulau Pasir dan batas Tracking pohon mangrove.
Dengan menara ini, wisatawan bisa melihat laut lepas serta bisa melihat panorama hijaunya pohon Mangrove yang lebih luas.

“Mudah-mudahan dengan terealisasi Ekowisata Pandansari ini akan menambah jumlah destinasi wisata di Brebes, dan akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta mensejahterakan warga Pandansari yang kehilangan metapencahariannya karena tergerusnya abrasi pantai,” ucap Kholidin. (AFIF ARFANI)

Posted in: Serba Serbi