By 3 May 2016

DBD di Brebes Cenderung Meningkat, Dinkes Libatkan Siswa untuk Pencegahan

????????????????????????????????????

BREBESNEWS.CO – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang utama di Kabupaten Brebes.

Pasalnya hingga bulan Mei 2016 telah tercatat ada sekitar 357 kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Brebes dan 7 kasus DBD juga terjadi di Bumiayu.

Dalam beberapa tahun terakhir jumlah kasus DBD selalu menunjukkan kenaikan yang signifikan, yakni tahun 2013 lalu terdapat 205 kasus, lalu tahun 2014 ada 662 kasus dan tahun 2015 lalu ada 567 kasus.

Dengan sebaran yang semakin meluas karena menjangkau desa-desa yang sebelumnya tidak ditemukan kasus DBD seperti desa-desa yang berada di dataran tinggi seperti desa-desa di Kecamatan Bumiayu, Sirampog Salem dan Paguyangan.

Hal itu mengemuka saat kegiatan sosialisasi program Sipetik (Siswa Pemantau Jentik) yang digelar di Aula Kecamatan Bumiayu, pada Selasa (3/5/2016).

Kegiatan yang diikuti oleh para kepala sekolah dan guru PJOK SD/MI se Kecamatan Bumiayu ini, sebagai upaya Dinkes menekan penyebaran DBD yang terus meningkat di musim hujan.

Koordinator pelatihan dan Bintek pokja PSN, Darmawan SKep. mengatakan, angka kematian DBD itu melebihi 1 per 100 orang penderita, yaitu 1,94 (sampai dengan Agustus 2015).

Selain itu, jumlah desa endemis di Kabupaten Brebes juga semakin banyak, yang berarti jumlah penduduk yang beresiko terkena demam berdarah juga semakin bertambah.

Menurutnya, Ada tujuh kegiatan pokok dalam pengendalian DBD antara lain pengobatan dan tatalaksana penderita, pengendalian vektor, peningkatan peran serta masyarakat, jejaring kemitraan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi serta penelitian dan pengembangan.

Untuk mewujudkan tujuh kegiatan pokok pengendalian DBD tersebut, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes menyusun rencana kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) oleh siswa sekolah, dari tingkat SD, SMP, dan SMA.

“Siswa-siswa inilah yang akan melakukan pemantauan jentik-jentik nyamuk, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah/tempat tinggalnya,” katanya.

Dia menambahkan, program terobosan Sipetik itu merupakan bagian dari bentuk pemberdayaan masyarakat dalam keterlibatannya menangani demam berdarah. Selama ini pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan sasaran orang dewasa dan hasilnya kurang optimal, tetapi kali ini dinkes menyentuh anak-anak.

“Kami melibatkan anak-anak, selain agar mengetahui dan sadar akan pola hidup sehat sejak dini, ini juga karena anak-anak masih jujur, sehingga pemantauan yang dilakukan akan mendapatkan data yang valid,” ungkapnya. (DHANI_Bumiayu)

Posted in: Serba Serbi